slide me

Jumat, 12 Maret 2010

INDONESIA TIDAK LUPUT DARI MASALAH

Ada sejumlah pejabat yang masih berilusi bahwa masalah bangsa akan selesai dengan sendirinya bila waktunya sudah datang. Mereka berpikir ringan-ringan dan santai-santai saja, sementara kebanyakan politisi, baik yang mengaku beragama ataupun yang tidak, perilakunya tidak banyak berbeda.
Kekayaan bangsa dan negara yang masih tersisa telah lama menjadi rayahan tanpa rasa malu. Pada suatu ketika orang pernah menyebut Indonesia sebagai RGI (Republik Garong Indonesia), karena semakin panjangnya deretan para penggarong dan perampok harta negara bergentayangan, dari pusat sampai daerah. Tidak itu saja, sebagian aparat penegak hukum pun telah memasukkan dirinya ke dalam daftar warga hitam itu.

Akibatnya sangat nyata masyarakat luas semakin merasakan hidup ini ibarat di sebuah negeri tanpa tuan. Pemilu langsung 2004 yang semula diharapkan akan menciptakan perubahan - perubahan yang mendasar untuk perbaikan menyeluruh bagi bangsa ini, ternyata semakin jauh dari kenyataan. Alam pun telah menunjukkan kemarahannya. Bumi diguncang, laut menyerbu darat, mayat bergelimpangan, banjir memberi ancaman maut. Kemudian karena sikap gegabah pengusaha, Sidoarjo pun digenangi lumpur gas yang belum teratasi sampai hari ini.
Pragmatisme, keserakahan, dan wawasan yang terlalu pendek, telah menyebabkan kita kehilangan perspektif masa depan. Otak sederhana yang pengecut dan tidak ikhlas, tetapi punya otoritas, adalah salah satu sebab mengapa bangsa ini tetap saja berada di buritan perkembangan.

Pengangguran yang semakin meluas karena sempitnya lapangan kerja akan menjadi bom waktu yang dahsyat pada saatnya. Masalah bangsa jauh dari sederhana. Pemerintah sebagai komandan harus menyadari kenyataan rapuh ini secara jujur, berani, dan mau membuang ilusi bahwa Indonesia masih aman. Kata mereka yang super optimistis ini: orang tidak perlu khawatir, karena Indonesia secara kultural telah punya urat tunggang yang menembus jauh ke pitala bumi.

Indonesia adalah sebuah bangsa muda yang belum berusia satu abad, yang baru muncul di peta dunia tahun 1920-an. Jadi, masih rentan, labil, dan karenanya gampang pecah, jika tidak disikapi secara arif, historis, dan jujur oleh kita semua sebagai anak bangsa. Kelalaian dalam proses penyadaran itu telah berakibat sangat buruk bagi integrasi nasional.
Akhirnya, stok otak-otak siuman yang banyak kita miliki tidak boleh tinggal apatis dan tinggal diam. Berbicaralah terus terang, santun, dan dalam bingkai konstitusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar